METABOLISME SEL

Metabolisme sel adalah seluruh reaksi kimia yang dilakukan oleh organisme. Metabolisme juga dapat dikatakan sebagai proses yang dilakukan oleh sel untuk mengatur sumber daya materi dan energi yang dimilikinya. Dalam prosesnya, sel melakukan berbagai reaksi kimia dalam berbagai jalur yang merubah molekul melalui beberapa tahapan.

Terdapat dua macam jalur yang dimiliki oleh sel yaitu:
  • Jalur katabolik proses yang memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana dengan melepaskan energi (eksergonik)
  • Jalur anabolik proses yang memerlukan energi (endergonik) untuk membentuk senyawa kompleks dari senyawa sederhana
Sebagian besar proses di atas dilakukan oleh sel dengan bantuan Adenosin trifosfat (ATP) dan enzim.
Struktur dan Hidrolisis Adenosin trifosfat (ATP)

ATP merupakan suatu tipe nukleotida yang dapat ditemukan pada asam nukleat. ATP memiliki basa nitrogen adenin yang berikatan dengan ribosa, sebagaimana sebuah nukleotida adenin RNA. Perbedaannya adalah pada RNA hanya terdapat satu gugus fosfat yang menempel pada ribosa, sementara pada ATP terdapat suatu rantai yang terdiri dari tiga gugus fosfat yang berikatan dengan ribosa.


(Struktur ATP)


Ikatan antara fosfat pada ekor ATP dapat diputus melalui proses hidrolisis. Melalui proses ini, satu molekul fosfat anorganik dilepaskan dari ATP sehingga ATP berubah menjadi ADP. Reaksi ini merupakan reaksi eksergonik dan dalam kondisi laboratorium melepaskan 7,3 kkal untuk setiap mol ATP yang terhidrolisis berdasarkan reaksi:

ATP + H2O -> ADP + Pi
ΔG = -7,3 kkal/mol (atau -31 kJ/mol)

Bagaimana ATP bekerja dalam sel?
Apabila ATP terlarut di dalam air maka energi yang dilepaskan ATP memiliki kemampuan untuk memanaskan air yang terdapat disekelilingnya. Bila ini terjadi dalam sel, selain memboroskan energi, maka hal ini merupakan suatu yang membahayakan kehidupan. Oleh sebab itu, sel memerlukan bantuan enzim tertentu yang memiliki kemampuan mengikat energi yang dihasilkan proses hidrolisis ATP dan membawa fosfat yang dihasilkan proses tersebut ke lokasi yang membutuhkan energi. Senyawa penerima ATP ini kemudian disebut terfosforilasi (phosporylated).




Regenerasi ATP
Suatu sel terus menerus menggunakan dan menghasilkan ATP. Mereka menghasilkan ATPdengan menambahkan satu gugus fosfat pada ADP. Energi bebas yang diperlukan untuk membentuk ATP tersebut berasal dari reaksi katabolik yang terjadi di dalam sel berdasarkan reaksi:

ADP + Pi -> ATP + H2O
ΔG = +7,3 kkal/mol (kondisi standar)



  • Enzim
Hukum termodinamika yang menjadi dasar seluruh proses perpindahan energi di alam tidak memberi informasi tentang kecepatan aliran energi dan perubahan senyawa. Suatu reaksi kimia spontan yang berjalan sangat lambat dapat terjadi dalam waktu singkat dengan bantuan enzim. Bagaimana enim dapat melakukan hal tersebut?

Enzim adalah protein katalis. Katalis merupakan suatu agen kimia yang merubah kecepatan reaksi tanpa ikutberubah akibat reaksi tersebut. Enzim mampu melakukan hal tersebut berdasarkan pengaruhnya terhadap energi aktivasi yang dibutuhkan oleh setiap reaksi kimia. Energi aktivasi adalah energi yang dibutuhkan untuk memecahkan molekul senyawa reaktan. Ikatan pada senyawa tersebut hanya dapat puyus apabila molekul tersebut telah menyerap energi dari lingkungan sekitarnya dan menjadikannya sebagai molekul yang tidak stabil. Pada umumnya energi tersebut adalah panas yang terdapat di lingkungan sekitar molekul. Panas yang diserap oleh molekul meningkatkan kecepatan atom-atom di dalam molekul yang kemudian meningkatkan probabilitas atom-atom tersebut saling bertumbukan sehingga menurunkan kestabilan molekul.


(Grafik Energi Aktivasi)

Peranan enzim adalah menurunkan batasan energi aktivasi yang dibutuhkan untuk memulai reaksi. Turunnya batasan energi ini memungkinkan reaksi kimia terjadi pada temperatur yang lebih rendah. Hal ini menjadi sangat penting karena sebagian besar molekul yang berkaitan dengan proses kehidupan sangat sensitif terhadap suhu tinggi. Namun hal yang harus diingat adalah enzim tidak merubah ΔG reaksi dan juga tidak merubah reaksi kimia endergonik (memelukan energi) menjadi reaksi kimia eksergonik (menghasilkan energi). Selain itu, hal terpenting lainnya adalah enzim merupakan senyawa yang sangat selektif dalam memilih reaksi yang akan dikatalis olehnya sehingga kehadiran enzim sangat menentukan proses kimia yang terjadi di dalam sel pada waktu tertentu.

(Siklus Katalik Oleh Enzim)

Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan secara umum, seperti pH dan temperatur, dan juga oleh senyawa kimia tertentu yang dapat mempengaruhi kerja enzim.
Pengaruh temperatur dan pH

Pengaruh Temperatur dan pH
Karena enzim merupakan suatu protein maka temperatur dan pH merupakan faktor penting bagi aktivitas enzim. Kemampuan enzim akan meningkat sejalan dengan peningkatan temperatur lingkungan karena tumbukan antar substrat dengan sisi aktif (active site) meningkat seiring dengan meningkatnya pergerakan molekul. Akan tetapi, kemampuan kerja enzim akan menurun di atas suhu tertentu. Hal ini karena panas akan menggangu ikatan hidrogen, ion dan berbagai ikatan yang menstabilkan bentuk aktif dari enzim dan dengan demikian enzim menjadi terdenaturasi. Setiap enzim memiliki temperatur optimum dimana kecepatan reaksi mencapai titik tertinggi. Pada temperatur tersebut jumlah molekul yang berikatan dengan sisi aktif mencapai titik tertinggi tanpa terjadi proses denaturasi protein enzim.


(Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Enzim)



Kofaktor
Kofaktor adalah ion atau molekul yang diperlukan oleh bebrrapa enzim untuk melakukan proses katalis. Kofaktor berupa molekul organik seringkali dikenal sebagai koenzim.

Inhibitor
Senyawa kimia tertentu memiliki kemampuan untuk menghambat kerja sebagian enzim. Jika senyawa ini berikatan dengan ikatan kovalen pada enzim maka inhibisi (proses peghambatan kerja) ini bersifat permanen atau tidak dapat dihiangkan. Beberapa inhibitor yang tidak terlalu kuat memiliki kemampuan merubah bentuk molekulnya sehingga menyerupai substrai dan bersaing dengan substrat untuk berikatan pada sisi aktif enzim. Senyawa ini dikenal sebagai inhibitor kompetiti (competitive inhibitor). Proses peghambatan ini dapat diatasi dengan meningkatkan konsentrasi substrat.

Inhibitor lainnya dikenal dengan istilah inhibitor non kompetitif (noncompetitive inhibitor). Inhibitor ini tidakbersaing dengan substrat untuk berikatan dengan sisi aktif enzim melainkan berikatan dengan enzim dan merubah bentuk molekul enzim. Kondisi ini menyebabkan terjadinya perubahan sisi aktif enzim sehingha enzim tidak dapat menggunakan sis aktifnya untuk berikatan dengan substrat.

Kontrol sel terhadap metabolisme
Sebagai enzim mengalami perubahan bentuk senyawa regulator, baik aktivtor maupun inhibitor, berikatan dengan daerah tertentu dari sisi allosentrik (bagian enzim yang tidak berikatan dengan substrat). Pada proses "feedback inhibition" (inhibisi umpan balik) produk akhir dari suatu jalur metabolisme menghambat kerja enzim pada tahap awal jalur metabolisme tersebut. Sementara pada proses koomperatif, molekul substrat berikatanpada salah satu sisi aktif suatu subunit enzim yang selanjutnya mengaktifkan subunit yang lain.

0 comments: